UTAMA

Air Mata di Taman Surga: Catatan Spiritual Jamaah Mega Wisata di Raudhah

 

 Madinah al-Munawwarah

 Di antara keheningan malam dan gemuruh doa yang lirih, Raudhah menjadi saksi bisu bagi jutaan hati yang rindu pada Rasulullah.

Raudhah, sebuah area suci di antara rumah dan mimbar Nabi, disebut oleh Rasulullah sebagai bagian dari taman surga:

“Antara rumahku dan mimbarku adalah taman dari taman-taman surga.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Malam itu, kami, rombongan jamaah Umrah Konsorsium Mega Wisata, mendapatkan kehormatan untuk melaksanakan salat dan berdoa di Raudhah, Masjid Nabawi, Madinah. Bersama umat Islam dari berbagai penjuru dunia, kami berbaur tanpa sekat, menyatu dalam ikatan ukhuwah Islamiyah yang begitu kuat dan menenteramkan.

“Kami jamaah Mega Wisata bersama rombongan, begitu khusyuk dalam berdoa. Tentu semua ingin Allah menghapuskan dosa-dosa kami dan mengangkat derajat,” ungkap Bapak Hendra, salah satu jamaah umrah yang didampingi sang istri, Ibu Ade, serta putri mereka, Ananda Syakila.

Taman Surga yang Menggetarkan Jiwa

Begitu memasuki Raudhah, suasana terasa berbeda. Hati seolah-olah ditarik lembut ke dalam samudera spiritual yang dalam. Langit-langit ruangan yang agung, aroma sajadah yang menenangkan, dan tangisan para peziarah yang penuh harap — semuanya membentuk harmoni batin yang sulit digambarkan dengan kata-kata.

Baca Juga  Mendekati Tahun Baru, PT Sriwijaya Mega Wisata Berangkatkan 75 Jemaah Umrah

Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”
(QS. Ar-Ra’d: 28)

Suasana Raudhah bukan sekadar tempat, tetapi pengalaman. Di sanalah tempat hati bertelut, tangan menengadah, dan air mata jatuh satu-satu, memohon ampun, petunjuk, dan cinta dari Allah SWT.

Kesabaran dalam Keberkahan

Menurut Bapak Hendra, Raudhah bukan tempat yang mudah untuk disinggahi, mengingat areanya yang terbatas dan keutamaannya yang besar. “Saya melihat banyak orang berusaha mendapatkan tempat untuk salat dan berdoa di sana. Butuh kesabaran dan kelembutan dalam berinteraksi,” tuturnya kepada MyMegaWisata.com.

Kerendahan hati begitu terasa. Tak ada kelebihan dunia yang bisa dibanggakan di tempat ini. Yang tertinggal hanyalah ketulusan niat dan harapan yang menyeruak dari kedalaman jiwa.

Cinta yang Diperbaharui

Melaksanakan salat di Raudhah adalah seperti memperbarui cinta kepada Rasulullah. Sambil bersujud, air mata mengalir dalam harap akan syafaat beliau di Yaumil Akhir.

“Orang yang paling dekat denganku pada hari kiamat adalah yang paling banyak bershalawat kepadaku.” (HR. At-Tirmidzi)

Banyak dari jamaah yang berdoa untuk kebaikan dunia dan akhirat, mengingat orang tua, keluarga, dan saudara seiman. Ada yang memohon jodoh, kesembuhan, dan ampunan. Tapi semua sepakat: bisa berada di Raudhah adalah anugerah terbesar dalam hidup.

Baca Juga  Jamaah Umroh Musim Dingin Bertolak Ke Tanah Suci

Momen yang Tak Terlupakan

Setelah keluar dari Raudhah, hati masih terasa ringan, seperti baru saja dimandikan dengan cahaya. Rasa syukur dan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya meluap-luap.

“Kami akan membawa kenangan ini sebagai bekal pulang, sebagai pelita dalam hidup. Rasanya seperti mendapatkan hadiah spiritual yang sangat mahal,” tambah Ibu Ade sambil menggenggam tangan putrinya.

 

Penutup Reflektif: Sebuah Ajakan Hati

Bagi yang belum pernah ke Raudhah, doakan agar Allah undang. Bagi yang pernah, semoga Allah beri kesempatan lagi. Karena Raudhah bukan sekadar tempat, tapi perjalanan jiwa menuju cahaya-Nya.

“Dan barang siapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.”(QS. Al-Hajj: 32)

Semoga kita semua bisa menjadi tamu yang dicintai oleh Rasulullah SAW, dan kelak mendapatkan tempat di taman surga yang abadi. Ya Allah jalankan kami ke sini. Aamiin.

Editor: Bangun Lubis

 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button