MayMegawisata.com – Hari ini Selasa (27/-2024), Jamaah Umrah Mega Wisata usai Salat Subuh di Masjidil Haram, akan melakukan City Tour. Jalan-jalan melihat tempat-tempat bersejarah, tentu akan cukup menyenangkan, walau sedikit akan terasa Lelah, tetapi tempat yang akan dikunjungi begitu banyak makna dalam Sejarah Islam.
Pastinya hilang lelahnya kalau sudah bisa melihat wilayah yang pernah menjadi tempat Rasulullah bermunajat bahkan menerima wahyu dari Allah, seperti gua hiro di Kawasan Jabal Nur.
Muthowif Mega Wisata Muhammad Farid, mengatakan bahwa daerah-daerah yang akan dikunjungi dalam city tour ini, tentu dipilih agar memiliki mafaat bagi pengetahuan jamaah Mega Wisata.
Sejarah sangat perlu untuk diketahui, sehingga kita tahu apa yang pernah terjadi Ketika zaman Rasulkullah dan para sahabat masih menjalani berbagai petunjuk dari Allah dan juga bagaimana kondisi Rasulullah dan para sahabat pada masa itu.
Mengunjungi Jabal Tsur
Ustad Muhammad Farid yang didampingi oleh Tour Leader dari Mega Wisata Ustad Osa Maliki menjelaskan, bahwa yang akan dikunjungi pertama adalah Jabal Tsur. Dikemukakan, dalam babahasa Arab, seartikan sebagai (Gunung Banteng) adalah nama sebuah gunung di Arab Saudi, terletak di bagian bawah Mekkah di sebelah selatan distrik Al-Misfalah. Tinggi gunung mencapai 1.405 m (4.610 kaki).[2]
Gunung ini terkenal karena menyimpan sebuah gua yang dikenal sebagai Ghar al-Thawr (Gua Banteng), di mana Nabi Muhammad dan rekannya Abu Bakar berlindung dari orang Quraisy, saat migrasi ke Madinah. Bagi kebanyakan umat Islam, gua tersebut memiliki makna religius, dan oleh karenanya banyak dikunjungi peziarah dan turis.
Arafah Wilayah Wukuf Ketika Haji
Arafah atau disebut sebagai padang Arafah, Diceritakan, setelah mabit di Mina, pada tanggal 9 Dzulhijah seluruh jamaah haji bergerak untuk melakukan wukuf di Arafah, yaitu sebuah padang dengan tanah datar yang memiliki luas sekitar 2 mil dengan area wukuf seluas 10,4 Kilometer.
Padang ini berada disebelah tenggara Masjidil haram yang berjarak sekitar 21 Kilometer dari kota Mekkah. Wukuf di padang Arafah merupakan rukun haji, ia menjadai inti dari ibadah haji yang karenanya tidak sah haji seseorang jika ia tidak melakukan wukuf di Arafah. Dalam Hadits yang diriwayatkan Imam At-Tirmidzi, Rasululloh SAW bersabda, “haji adalah arafah’.
Kawasan Mina
Mina adalah sebuah lembah di padang pasir yang terletak sekitar 5 kilometer sebelah Timur kota Makkah, Arab Saudi. Ia terletak di antara Mekkah dan Muzdalifah.
Mina mendapat julukan kota tenda, karena berisi tenda-tenda untuk jutaan jamaah haji seluruh dunia. Tenda-tenda itu tetap berdiri meski musim haji tidak berlangsung. Mina paling dikenal sebagai tempat dilaksanakannya kegiatan lempar jumrah dalam ibadah haji
Mina didatangi oleh jamaah haji pada tanggal 8 Dzulhijah atau sehari sebelum wukuf di Arafah. Jamaah haji tinggal di sini sehari semalam sehingga dapat melakukan salat Dzuhur, Ashar, Maghrib, Isya dan Subuh. Kemudian setelah sholat Subuh tanggal 9 Dzulhijah, jamaah haji berangkat ke Arafah.
Jamaah haji datang lagi ke Mina setelah selesai melaksanakan wukuf di Arafah. Jamaah haji ke Mina lagi karena para jamaah haji akan melempar jumrah. Tempat atau lokasi melempar jumrah ada 3 yaitu Jumrah Aqabah, Jumrah Wusta dan Jumrah Ula. Di Mina, sebagaimana tulis Wikipedia, jamaah haji wajib melaksanakan mabit (bermalam) yaitu malam tanggal 11,12 Dzulhijah bagi jamaah haji yang melaksanakan Nafar Awal atau malam tanggal 11,12,13 dzulhijah bagi jamaah yang melaksanakan Nafar Tsani.
Mengunjungi Muzdalifah
Muzdalifah adalah daerah terbuka di antara Mekkah dan Mina di Arab Saudi yang merupakan tempat jamaah haji diperintahkan untuk singgah dan bermalam setelah bertolak dari Arafah.
Muzdalifah terletak di antara Ma’zamain (dua jalan yang memisahkan dua gunung yang saling berhadapan) Arafah dan lembah Muhassir. Luas Muzdalifah adalah sekitar 12,25 km², di sana terdapat rambu-rambu pembatas yang menentukan batas awal dan akhir Muzdalifah.
Jamaah haji setelah melaksanakan wukuf di Arafah bergerak menuju Muzdalifah saat setelah terbenamnya matahari (waktu Maghrib). Di Muzdalifah jamaah haji melaksanakan salat Maghrib dan Isya secara digabungkan dan disingkat (jamak qashar) dan bermalam di sana hingga waktu fajar. Di Muzdalifah jamaah haji mengumpulkan batu kerikil yang akan digunakan untuk melempar jumrah.
Bermalam di Muzdalifah hukumnya wajib dalam haji. Maka siapa saja yang meninggalkannya diharuskan untuk membayar dam. Dianjurkan untuk mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW; bermalam hingga memasuki waktu salat Subuh, kemudian berhenti hingga fajar menguning.
Namun bagi orang-orang yang lemah, seperti kaum wanita, orang-orang tua dan yang seperti mereka, boleh meninggalkan Muzdalifah setelah lewat tengah malam. Setelah salat Subuh, jamaah haji berangkat menuju ke Mina.
Jabal Nur di sini ada Gua Hira
Jabal an-Nuur (disebut juga Jabal an-Nur atau Jabal Nur), atau diartikan dalam bahasa Arab, sebagai “Gunung Cahaya”, adalah sebuah gunung dekat kota Mekkah di Hejaz, Arab Saudi[1] Gunung ini menjadi salah satu tempat yang paling istimewa dan sering dikunjungi di kota Mekkah.
Di gunung ini terdapat sebuah goa kecil berukuran 1,75 hasta yang dikenal sebagai Ghar Hira atau Gua Hira. Gunung ini memiliki tinggi 640 meter. Gunung ini juga dipercaya umat Muslim sebagai tempat di mana Nabi Islam Muhammad menerima wahyu pertama dari Allah melalui Malaikat Jibril.
Sejarah Rasulullah
Ketika mengunjungi Makkah atau melaksanakan ibadah haji dan umrah, Jabal Nur adalah tempat yang familiar bagi kaum Muslimin. Tempat ini menjadi saksi atas munajat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jabal Nur memiliki ketinggian sekitar 624 meter di atas permukaan laut dengan batuan yang terjal melapisi permukaannya, dan kemiringannya mencapai sekitar 60 derajat. Puncak Jabal Nur setinggi sekitar 200 meter dengan bentuk puncak yang tajam, dan diperlukan sekitar setengah jam untuk mendekatinya.
Dari puncak Jabal Nur, pengunjung dapat menikmati pemandangan indah kota Makkah dari ketinggian, termasuk Masjidil Haram yang terlihat jelas tanpa ada gangguan dari gedung-gedung tinggi. Untuk mengunjungi Jabal Nur, perjalanan harus dilakukan ke arah utara dari kota Makkah, dengan jarak sekitar 5 km dari Masjidil Haram.
Nama Jabal Nur berasal dari arti “gunung yang bercahaya”. Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sering mengunjungi Jabal Nur, terutama di dalam Gua Hira, tempat beliau menyendiri dan merenungkan dari keramaian kota Makkah. Gua Hira adalah tempat di mana malaikat Jibril datang kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, menyampaikan wahyu pertama dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Setelah wahyu pertama turun, melalui serangkaian peristiwa panjang, Muhammad diangkat sebagai nabi dan rasul hingga Isra dan Mi’raj.
Wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di Gua Hira menjadi titik awal cahaya Islam yang terus bersinar hingga saat ini. Beliau, dengan wahyu-Nya, mampu mengatasi kegelapan dan kesesatan yang melanda bumi pada masa itu dan bahkan hingga akhir zaman. Pemilihan nama Jabal Nur atau Gunung Cahaya untuk tempat yang biasa digunakan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk merenung dan menerima wahyu tersebut tidaklah mengherankan mengingat peran vital Gua Hira dalam sejarah Islam.
Alasan Rasulullah memilih berkhalwat di Gua Hira, Jabal Nur, dapat dipahami dari kecenderungannya sejak kecil untuk menyendiri. Beliau tidak suka bergaul ramai-ramai dan hal ini berlanjut hingga dewasa. Saat mencapai usia 40 tahun, keinginan Rasulullah untuk menjauh dari keramaian semakin kuat, dan Gua Hira di Jabal Nur menjadi tempat ideal untuk berkhalwat.
Editor: Bangun Lubis