Engkau Tak Sendiri, Jutaan Manusia Menangis di Tengah Larut Malam

Oleh: Bangun Lubis
MyMegawisata.com – Malam semakin larut, dingin mulai memagut tubuh. Rintihan tangis seorang anak manusia yang sayup-sayup terdengar dari kejauhan, begitu memilukan. Gerangan apa yang terjadi? Kadang suara begitu keras, lalu perlahan hanya tersisa desis merintih.
“Saya memang tidak berdaya. Saya lemah. Tidak jarang perlakuan kasar yang saya dapat. Suami saya jahat. Ia tak segan-segan memukul. Padahal, semua kebutuhan dan keinginannya saya sudah penuhi,” ujar Yustina (31), warga kawasan Demang Lebar Daun, Palembang.
Perceraian pun tak terelakkan. Lebih menyedihkan lagi, ia harus berpisah dari dua anaknya yang masih kecil dan sudah hampir setahun tidak diizinkan bertemu. “Kami orang lemah. Kami tidak bisa melawan keluarga suami. Saya hanya bisa pasrah dan berdiam diri. Hancur rasanya hati ini,” katanya lirih.
Dua pekan sebelumnya, Diah (37) juga menuturkan kisah getirnya. Ia ditinggal suami karena dianggap tak mampu memberikan penghidupan yang layak bagi tiga anak mereka yang masih duduk di bangku SD. “Saya sudah berusaha agar dia bertahan, malah dia pergi meninggalkan saya dan anak-anak,” tuturnya.
Begitu juga Rosliana (40), yang kini hidup sendiri setelah suaminya wafat tiga tahun lalu. “Memang, kita tidak boleh menangisi semua ini. Tapi kadang saya tidak kuat,” ujarnya kepada seorang ustadzah. Air matanya tak terbendung. “Kalau malam saya menangis, tak bisa melupakan suami saya,” katanya sambil menghapus air mata.
“Engkau tak sendiri dalam kesedihan itu. Jutaan anak manusia menjerit dan dirundung kegelisahan. Mereka merintih dan menangis di tengah larut malam. Harapannya adalah Allah menjadi Pelindungnya.”
Kesedihan bukan milik mereka saja. Sanusi (52) kehilangan pekerjaannya setelah di-PHK. “Saya kasihan pada anak-anak. Mereka biasa hidup layak, sekarang kami serba sulit,” ujarnya saat ditemui di Medan.
Ada pula seorang ibu miskin yang setiap malam keluar rumah mengais sampah demi menghidupi lima anaknya. “Capek sekali rasanya. Tapi bagaimana mungkin saya hanya berdiam diri di rumah,” katanya.
Tangisan dan keluh kesah di tengah malam bukanlah hal asing bagi Allah. Kata DR. ‘Aidh Al-Qarni dalam bukunya La Tahzan, kita tidak sendiri dalam duka. Jutaan jiwa lainnya meratap dan menangis, mengadukan nasib dalam kesendirian yang sunyi. Tapi para bijak menasihati: kendalikan diri, jangan larut dalam masalah.
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu.”
(QS. Al-Baqarah: 216)
Lihatlah sekitar kita, betapa banyak orang yang sedang diuji. Di setiap rumah, ada rintihan. Setiap pipi pernah basah oleh air mata. Tapi lihat pula, betapa banyak yang tetap sabar.
Rasulullah ﷺ sendiri diuji dengan kebengisan kafir Quraisy: dilempari, diusir, bahkan kehormatan istrinya difitnah. Ali ditikam dari belakang. Utsman dibunuh secara diam-diam. Ujian adalah bagian dari perjalanan iman.
“Apakah kamu mengira akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu cobaan seperti orang-orang terdahulu? Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan serta digoncang…” (QS. Al-Baqarah: 214)
Rasulullah ﷺ, saat dirundung duka, berkata kepada Bilal:
“Tenangkanlah kami dengan salat, wahai Bilal.”
(HR. Abu Dawud)
Allah SWT berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan dengan sabar dan salat…”
(QS. Al-Baqarah: 153)
“Dan cukuplah Rabb-mu menjadi Pemberi Petunjuk dan Penolong.”
(QS. Al-Furqan: 31)
Bangkitlah, wahai manusia. Lapangkan dadamu. Keluar dari ruang sunyi. Daki kembali kehidupan.
“Berangkatlah kamu, baik dalam keadaan ringan maupun berat.”
(QS. At-Taubah: 41)
“Janganlah kamu bersikap lemah dan jangan (pula) bersedih hati.”
(QS. Ali ‘Imran: 139)
“Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.”
(QS. At-Taubah: 40)
Alhamdulillah…
Untuk setiap detik yang Allah beri. Untuk napas yang terus mengalir meski kita sering lupa bersyukur. Untuk hati yang masih bisa merasakan, meski kadang penuh luka.
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu…”
(QS. Al-Baqarah: 216)
Alhamdulillah…
Untuk air mata yang jatuh dalam sunyi. Untuk doa-doa yang belum dijawab, tapi tetap Allah dengar. Untuk harapan yang belum terwujud, tapi tak pernah mati.
“Ketahuilah, seandainya seluruh umat berkumpul untuk memberikan suatu manfaat kepadamu, mereka tidak akan mampu kecuali dengan izin Allah…” (HR. Tirmidzi)
Katakanlah: Alhamdulillah. Karena tak ada yang sia-sia jika niatmu lillah. Tak ada yang percuma jika langkahmu menuju Allah.
“Jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu…” (QS. Ibrahim: 7)
Hari ini mungkin belum indah, tapi kamu masih diberi kesempatan. Dan itu… adalah nikmat luar biasa.
Alhamdulillah…
Untuk setiap luka yang menguatkan. Untuk setiap kehilangan yang mendekatkan pada Allah. Untuk setiap kegagalan yang mengajarkan rendah hati. Untuk setiap perjalanan, seberat apapun, yang membawa kita pulang.
Hidup bukan tentang berapa kali kita menang, tapi tentang seberapa ikhlas kita bertumbuh.
Maka malam ini, sebelum tidur… bisikkan pada hatimu: Aku tidak sempurna, tapi aku bersyukur. Aku belum sampai, tapi aku terus berjalan. Aku pernah jatuh, tapi aku bangkit. Dan untuk semua itu…
Alhamdulillah Ya Rabb. Terima kasih untuk semuanya.