“Jejak Rasa Kuliner Palembang — Cinta dalam Setiap Suapan”

MyMegawisata.com – Palembang bukan sekadar kota tua di tepian Musi yang menari dengan sejarah. Ia adalah pelabuhan rindu bagi lidah-lidah yang mencari cita rasa. Dari pasar tradisional hingga warung pinggir sungai, kuliner di kota ini bukan hanya makanan—ia adalah kenangan, doa, dan warisan.
1. Pempek — Kisah Cinta dalam Setiap Gigitan
Siapa yang tidak kenal pempek? Namun di tanah aslinya, pempek bukan sekadar jajanan. Ia adalah cerita. Dibuat dari ikan segar, biasanya belida atau tenggiri, dan sagu, lalu dicelup dalam kuah cuko yang tajam, asam, pedas, manis—seperti cinta yang menyimpan banyak rasa.
Tak lengkap jika belum mencoba:
- Pempek Kapal Selam — isi telur yang meleleh di dalam, seperti rindu yang tak tertahankan.
- Pempek Lenjer, Adaan, Kulit, dan Keriting — masing-masing punya cerita dan karakter.
2. Tekwan — Hangatnya Perjumpaan di Senja Hari
Dari kuah bening yang mendidih pelan, muncul aroma udang yang menyentuh ingatan. Tekwan seperti pelukan di sore hari—bulatan ikan kecil disajikan dalam kuah kaldu, dengan soun, jamur kuping, dan bengkuang. Disajikan hangat, cocok di kala hujan dan rindu bersatu.
3. Laksan — Sarapan Orang Palembang yang Puitis
Mirip pempek lenjer yang diiris dan disiram kuah santan pedas, laksan biasa dinikmati pagi hari. Mungkin tak sepopuler pempek, tapi ia punya tempat istimewa di hati orang Palembang—seperti cinta pertama yang tak terlupakan.
4. Mie Celor — Lezatnya Kebersamaan
Mie yang kenyal, telur rebus, udang, dan kuah santan kental bersatu dalam satu piring. Mie celor adalah kuliner yang tak bisa dinikmati sendirian. Rasanya seperti obrolan hangat di bawah pohon rindang dengan sahabat masa kecil.
5. Burgo dan Lakso — Lembutnya Tradisi yang Bertahan
Keduanya mirip, hanya beda bentuk: burgo dari tepung beras yang digulung tipis-tipis, lakso berbentuk seperti mie. Kuah santan kekuningan dengan rempah ringan memberi sentuhan nostalgia. Makanan ini adalah bukti bahwa kelembutan tak pernah usang.
6. Pindang — Ketegasan dalam Kuah yang Jujur
Pindang patin atau pindang tulang adalah masakan penuh keberanian. Kuahnya kuat, pedas, asam, penuh rempah. Ia seperti nasihat seorang ayah—keras di luar tapi penuh cinta. Menyantap pindang adalah menyelami filosofi hidup orang Palembang: tegas tapi penyayang.
7. Kemplang dan Kerupuk Palembang — Cemilan yang Tak Pernah Usai
Dibakar atau digoreng, kemplang hadir di setiap rumah, acara, dan oleh-oleh. Renyah dan bersahabat. Tak pernah berat, tapi selalu setia menemani.
Refleksi di Akhir Suapan
Kuliner Palembang bukan sekadar warisan kulinari. Ia adalah cinta yang dihidangkan. Setiap suapan menyimpan doa ibu, kerja keras nelayan, dan kehangatan budaya. Di tengah zaman yang berubah cepat, rasa-rasa ini adalah jangkar yang membuat kita selalu pulang.
Datanglah ke Palembang. Duduklah di pinggir Sungai Musi, pegang pempek hangat di tanganmu, hirup aromanya, dan katakan dalam hati:
“Inilah Palembang… tempat lidah dan hati saling bertemu dalam damai.”
Editor: Bangun Lubis