Ketika Allah yang Memanggil: Tiada Terduga di Balik Perjalanan Umrah

MyMegawisata.com – Setiap Muslim pasti memiliki impian untuk menjejakkan kaki di Tanah Suci. Menatap Ka’bah dengan mata basah, melafazkan doa di Raudhah, dan berjalan kaki menelusuri jejak para nabi di Makkah dan Madinah.
Namun, tak sedikit yang akhirnya hanya mampu menyimpan harapan itu di dalam hati karena terbentur dua hal: belum adanya waktu, dan belum adanya biaya.
Padahal, dalam Islam, umrah adalah ibadah yang tidak hanya berpahala besar, namun juga membawa dampak luar biasa dalam kehidupan. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Laksanakanlah haji dan umrah secara beriringan, karena keduanya menghapuskan dosa sebagaimana api menghilangkan karat besi. Dan tidaklah seseorang melaksanakan haji dan umrah, melainkan mereka adalah tamu-tamu Allah; jika mereka berdoa kepada-Nya, Dia akan mengabulkannya.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Namun begitulah kenyataannya. Tidak semua yang merindukan bisa segera berangkat. Banyak yang berkata, “Saya ingin sekali, tapi belum ada uang.” Atau, “Saya pun rindu, tapi waktunya belum ada.” Dua hal ini seperti pintu yang tertutup rapat. Tapi apakah Allah tidak punya cara untuk membukanya?
Kisah-Kisah yang Membuktikan: Doa dan Niat yang Kuat Tak Pernah Sia-Sia
Ibu Penjual Gorengan yang Menjejak Ka’bah
Di daerah pinggiran Jakarta, seorang ibu penjual gorengan bernama Mak Iyah selalu menyisihkan seribu-dua ribu rupiah dari hasil jualannya setiap hari. “Untuk tabungan umrah,” katanya lirih, meski banyak yang menertawakannya. Ia tidak punya rumah megah, tidak juga keluarga kaya.
Namun tiap malam, ia berdoa: “Ya Allah, jika Engkau ridha, tolong panggil aku ke rumah-Mu.”
Tiga tahun kemudian, seorang pelanggan setianya datang. Ia tahu niat tulus Mak Iyah dan diam-diam mendaftarkannya dalam program umrah gratis. Hari itu, Mak Iyah menangis dalam sujud yang panjang. Allah menjawab doanya — bukan dengan jalan yang ia sangka, tapi dari arah yang tak disangka-sangka.
Pemuda Kuli Bangunan yang Berangkat dengan Doa
Di Palembang, seorang pemuda bernama Anwar bekerja sebagai kuli bangunan. Dalam kesahariannya yang keras, ia tetap menjaga shalat dan doa. Ia sering membaca kisah umrah di majalah dan berdoa, “Ya Rabb, izinkan aku sujud di depan Ka’bah, meski hanya sekali seumur hidup.”
Suatu hari, kontraktor tempatnya bekerja mengumumkan bahwa ia akan memberangkatkan satu orang karyawan umrah, sebagai hadiah karena kejujuran dan kerja keras. Dan siapa yang terpilih? Bukan mandor, bukan kepala proyek, tetapi Anwar.
“Karena kamu tidak pernah korup, tidak pernah mengeluh, dan selalu bekerja jujur,” kata sang kontraktor.
Seorang Janda yang Dihadiahi Allah Lewat Anak Didik
Bu Yati (53), seorang guru mengaji di kampung kecil nun jauh di Empat Lawang, di Sumatera Selatan , hidup sederhana setelah ditinggal suami.
Tapi ia selalu berkata pada murid-muridnya: “Jika kalian cinta pada Allah, doakan ustazah bisa melihat Ka’bah suatu hari nanti.”
Anak-anak itu tumbuh. Puluhan tahun kemudian, salah satu muridnya menjadi pengusaha sukses. Dan pada ulang tahun ke-53 Bu Yati, ia datang membawa tiket umrah. “Ini hadiah kami, ustazah. Karena dulu engkau mengenalkan kami pada Allah.”
Kejadian seperti ini, sudah banyak terjadi. Jangan mengatakan tidak, jika Allah mengatakan iya, maka semua bisa terjadi. Jangan memungkiri takdir dari Allah. Allah maha pengasih dan Maha Pemberi Rezeki.
Ketika Allah Menghendaki, Tak Ada yang Mustahil
Dari kisah-kisah ini kita belajar: Allah tidak pernah membiarkan doa-doa yang tulus mengambang di langit. Bahkan jika logika kita berkata “tidak mungkin”, Allah tetap bisa mengatakan “kun fayakun” — jadilah, maka jadilah ia.
Umrah bukanlah milik orang yang kaya atau punya banyak waktu. Umrah adalah milik mereka yang sungguh-sungguh ingin bertemu dengan Allah di rumah-Nya. Yang meskipun tak punya uang, tetap menabung meski recehan. Yang walau sibuk, tetap meluangkan waktu untuk berdoa dan bermimpi.
Antara Niat dan Panggilan
Memang benar, waktu dan biaya adalah dua tantangan besar. Tapi lebih besar dari itu adalah niat dan harapan kita. Karena jika niat sudah tertanam dalam-dalam, dan doa tidak pernah padam, maka Allah akan bukakan jalan-Nya sendiri.
“Barangsiapa berhijrah kepada Allah, maka Allah akan menyiapkan jalan baginya.”
(QS. Ath-Thalaq: 2–3)
Mari kita tuliskan kembali niat kita. Jangan menunggu tua, jangan menunggu kaya, jangan menunggu waktu luang. Karena tidak ada waktu yang lebih tepat selain sekarang — untuk berdoa, memulai niat, dan memantaskan diri menyambut panggilan-Nya.
Editor: Bangun Lubis