MOZAIK ISLAMUTAMA

Menunda Taubat, Menyimpan Penyesalan di Alam Kubur

Oleh: Bangun Lubis | MyMegawisata.com

Jika Taubat Datang Terlambat… Ada luka yang tak bisa dijahit oleh waktu. Dan ada penyesalan yang tak bisa ditebus oleh ribuan air mata. Itulah penyesalan di akhir hayat—saat ruh ditarik perlahan dan detik-detik kehidupan tak bisa ditunda lagi.

Semua yang dulu dianggap penting, kini menguap tak berarti. Harta, nama, jabatan, bahkan cinta manusia—semuanya lenyap dalam satu pukulan sakaratul maut.

Dan dari balik sejarah sahabat Rasulullah ﷺ, ada kisah yang menggugah tentang bahaya menunda taubat.

Kisah Langka dari Sahabat Tamim ad-Dari

Dalam Musnad Ahmad, Tamim ad-Dari—seorang sahabat Nabi yang dikenal dengan kezuhudan dan kesalehannya—mengisahkan tentang seseorang dari kalangan Quraisy.

Lelaki itu hidup dalam kemewahan, sibuk mengumpulkan dunia, dan menolak seruan kebaikan dengan alasan yang sangat duniawi: “Aku masih muda… nanti saja bertobat. Aku ingin menikmati dunia dulu. Jika sudah tua, barulah aku berubah.”

Namun ajal tak pernah mau diajak kompromi.

Ketika ia jatuh sakit dan ajal mendekat, ia panik. Di saat ruhnya sudah hampir sampai ke tenggorokan, ia berteriak sambil menggenggam dadanya:

Baca Juga  Puasamu yang Ikhlas, akan Meningkatkan Derajat Kemuliaan Dirimu

“Aku bertobat! Aku bertobat! Ya Allah, terimalah!”

Tapi itu sudah terlambat.
Ruhnya gelisah. Malaikat pun berkata kepadanya:

“Wahai ruh yang kotor, engkau telah ditangguhkan… tapi engkau bermain-main dengan dunia.”

Tangisnya tak mengubah nasib. Penyesalan itu tidak menjelma ampunan, sebab ia datang terlambat. Di akhir hayatnya, lelaki itu tidak mendapatkan ketenangan, tapi kegelisahan yang pekat.

Ayat Al-Qur’an yang Menegur Keras

Kisah ini sejalan dengan firman Allah dalam surat An-Nisa:

“Dan tidaklah diterima taubat orang-orang yang terus menerus berbuat dosa, hingga apabila kematian datang kepada salah seorang dari mereka, dia berkata: ‘Sesungguhnya aku bertaubat sekarang,’ padahal taubat itu tidak berguna lagi.” (QS. An-Nisa: 18)

Dan sabda Rasulullah ﷺ:“Sesungguhnya Allah menerima taubat hamba-Nya selama  ruh belum sampai di tenggorokan.” (HR. Tirmidzi – Hasan Shahih)

Pelajaran Besar dari Kisah Ini

  1. Taubat hanya diterima sebelum ruh mencapai tenggorokan.
    Menunda-nunda adalah bentuk kesombongan yang halus, mengira kita bisa mengatur waktu taubat sendiri.
  2. Dunia adalah ujian, bukan tempat bersantai.
    Lelaki itu merasa masih muda dan ingin menikmati dunia. Tapi ajal datang tanpa menunggu “waktunya berubah”.
  3. Kesempatan berubah adalah nikmat yang sering disepelekan.
    Betapa banyak orang sadar ketika sudah tak bisa berkata-kata. Tapi semua itu sudah tak berarti.
  4. Orang baik bisa terjerumus karena penundaan.
    Ia bukan pembunuh, bukan pezina, bukan pencuri. Tapi ia menunda. Dan itulah bencana.
Baca Juga   Jemaah Haji Indonesia Mulai Bergerak ke Arafah Hari Ini

Suara dari Dalam Kubur

“Wahai orang yang masih bisa bernafas… bertobatlah sebelum nafasmu menjadi satu-satunya yang tersisa tapi tak berdaya. Jangan ulangi apa yang aku lakukan. Karena kini, sesal tak ada gunanya…”
Suara hati dari alam kubur

Semoga kita semua tidak termasuk golongan yang berkata:

“Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku bisa beramal saleh…”
Padahal, kata Allah: “Sekali-kali tidak. Itu hanyalah perkataan yang dia ucapkan saja.”
(QS. Al-Mu’minun: 99)

Hari Ini Adalah Waktu Terbaik untuk Taubat

Tidak ada waktu yang lebih baik untuk taubat selain hari ini, saat hati masih bisa merasa, dan lidah masih bisa mengucap: “Astaghfirullah… Ya Allah, terimalah taubatku sebelum semuanya terlambat.” 

Editor: Bangun Lubis

 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button