MOZAIK ISLAMUTAMA

“Campur Aduk Hak dan Batil, Halal dan Haram: Saatnya Kembali pada Ilmu Agama”

 

Oleh: Bangun Lubis ( Wartawan Muslim)

Di zaman ketika batas-batas mulai kabur, kita semakin sering melihat kenyataan yang memprihatinkan: hak dan batil bercampur, halal dan haram tumpang tindih.

Orang berdagang, tapi tak tahu riba. Orang makan, tapi tak peduli dari mana rezekinya datang. Orang berbicara atas nama agama, tapi ilmunya dangkal, bahkan terkadang tanpa ilmu sama sekali.

Padahal Islam datang dengan terang benderang. Firman Allah SWT:

“Dan katakanlah: ‘Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap.’ Sesungguhnya yang batil itu pasti lenyap.(QS. Al-Isra: 81)*

Ayat ini mengingatkan kita bahwa kebenaran tidak akan pernah bisa hidup berdampingan dengan kebatilan. Namun kenyataan kita hari ini justru menampakkan kontradiksi. Umat Islam banyak yang tak tahu lagi bagaimana membedakan keduanya. Akibatnya, hidup kita tidak hanya kehilangan keberkahan, tapi juga dihantui kegelisahan.

Pentingnya Memisahkan yang Halal dan Haram

Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Dan di antara keduanya ada perkara-perkara yang samar yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia. Barang siapa menjaga diri dari yang samar, maka ia telah menjaga agama dan kehormatannya…”(HR. Bukhari dan Muslim)

Baca Juga  Unggulan Mega Wisata, Umroh dan Tour Halal, Tersaji dan Tinggal Pilih

Hadis ini seakan menjadi pengingat keras. Jangan main-main dengan wilayah abu-abu. Jika kita tak tahu apakah suatu perkara halal atau haram, maka kita wajib belajar.

Jangan asal ikut-ikutan. Jangan campur aduk antara kepentingan dunia dan tuntunan agama.

Contohnya, banyak orang berbisnis tapi tak peduli kehalalan sumber modalnya. Banyak pejabat bicara moralitas tapi lupa menjaga integritas. Bahkan ada dai yang berbicara dengan semangat, tapi hanya berdasarkan opini, bukan ilmu. Semua ini berbahaya jika tidak segera dikoreksi.

Agama Bukan Warisan Budaya, Tapi Ilmu yang Harus Dipelajari

Kesalahan besar sebagian umat Islam hari ini adalah menganggap agama sebagai warisan turun-temurun. Cukup tahu karena orang tua dulu mengajarkan. Padahal agama adalah ilmu — yang harus dipelajari, diajarkan, dan diamalkan.

قُلْ هَلْ يَسْتَوِى ٱلَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ

“Katakanlah: ‘Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?’”(QS. Az-Zumar: 9)

Allah sendiri membedakan antara orang yang berilmu dan yang tidak. Maka betapa fatalnya jika kita menjalani hidup tanpa mau belajar agama, tapi tetap merasa sudah benar.

Saatnya Introspeksi Diri

Apakah kita tahu hukum jual beli yang kita lakukan? Apakah kita paham batasan dalam hubungan sosial? Apakah kita sadar bahwa setiap keputusan kita akan dihisab oleh Allah?

Baca Juga  Hidup Rugi Sekali, Kalau Tidak Merasa Bahagia

Jika jawabannya “belum”, maka kita sedang dalam bahaya. Campur aduk antara hak dan batil hanya terjadi jika kita tidak punya fondasi ilmu. Maka tak cukup hanya mengaku muslim. Kita harus belajar menjadi muslim yang benar.

Ulama dahulu berkata, “Barangsiapa yang beramal tanpa ilmu, maka rusaklah amalnya.” Inilah yang kita lihat sekarang: ibadah banyak, tapi manfaatnya sedikit. Ceramah ramai, tapi umat tetap bingung. Karena kita belum kembali kepada ilmu agama yang benar dan bersanad.

Mari kita kembali belajar. Bukan hanya membaca ayat dan hadis, tapi juga memahami tafsir dan maknanya. Belajar dari guru yang lurus akidahnya, benar manhajnya, dan tulus niatnya. Jangan sampai kita terjebak dalam kebiasaan yang salah, hanya karena tak mau menuntut ilmu.

Semoga kita semua dijauhkan dari kebatilan, didekatkan pada kebenaran, dan diberi taufik untuk terus belajar sepanjang hayat.

“Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button