MUSLIMAH

 Ibu: Nama Pertama dalam Cintamu

PERNAHKAH Anda merenungkan betapa besarnya pengorbanan seorang ibu dalam kehidupan kita? Dalam Islam, ibu memiliki kedudukan yang sangat tinggi, sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam haditsnya.

Bahkan, Al-Qur’an mengabadikan kisah luar biasa dari beberapa sosok ibu yang penuh keteladanan. Tidak hanya sebagai inspirasi, kisah-kisah ini juga mengajarkan nilai-nilai keimanan, kesabaran, dan cinta sejati.

Dari berbagai catatan ulama disebutkan, dari Hawa, ibu umat manusia, hingga Maryam, ibu Nabi Isa AS yang begitu suci, setiap kisah membawa pelajaran mendalam.

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah…”
(QS. Luqman [31]: 14)

Di antara sekian banyak kata yang pertama kali menggetarkan lidah manusia, “ibu” adalah yang paling suci. Ia bukan sekadar panggilan—ia adalah do’a yang hidup, rahim yang pernah menjadi rumah, dan pelukan pertama sebelum dunia benar-benar dikenal.

Dalam Islam, ibu bukan hanya seorang wanita yang melahirkan, tapi juga penjaga pertama nilai-nilai langit. Rasulullah ﷺ menyebut ibu tiga kali dalam satu nafas keutamaan, sebelum menyebut ayah. Bukan karena sang ayah kurang penting, tetapi karena perjuangan seorang ibu tak pernah bisa dibalas walau dengan hidup sekalipun.

Bayangkanlah, seorang bayi belum bisa bicara, belum bisa meminta, namun seorang ibu telah tahu segalanya. Ia menebak tangis menjadi kebutuhan. Ia menahan kantuk demi menjaga. Ia menjadi mata, tangan, dan napas untuk makhluk kecil yang bahkan belum tahu cara bersyukur.

Baca Juga  Rumah Bukanlah Penjara Bagi Wanita Islam, Tetapi Taman Surga

Sungguh, surga yang dijanjikan Allah tak ditanamkan di langit, tapi di telapak kaki seorang ibu. Seakan-akan Allah ingin mengatakan, bahwa untuk meraih langit, manusia harus terlebih dahulu menunduk—menghormati, mencintai, dan merawat perempuan yang penuh luka namun tetap memberi cinta tanpa syarat itu.

Ibu dan Kesunyian yang Tak Pernah Ditagih

Ada sejenis cinta yang tak banyak bicara, tapi tak pernah padam. Itulah cinta seorang ibu. Ia tidak menuntut dikenang, tidak memaksa untuk dihormati, namun tetap mengalir dalam diam.

Ibu menyimpan air mata yang tidak sempat tumpah. Ia sembunyikan sakitnya, agar anaknya bisa tertawa. Bahkan ketika ditinggalkan, ia masih mendoakan. Bahkan ketika dilupakan, ia masih merindukan.

Islam mengangkat cinta ini ke tempat tertinggi. Dalam sebuah hadits, seorang sahabat bertanya, “Siapakah orang yang paling berhak aku perlakukan dengan baik?” Rasulullah menjawab, “Ibumu.” Lalu dia bertanya lagi, “Lalu siapa?” Rasul kembali menjawab, “Ibumu.” Sampai tiga kali.

Itu bukan pengulangan, Sayang. Itu penegasan dari langit, bahwa jika ada jalan ke surga yang paling jelas, ia bernama: ibu.

Saat Dunia Menyeret, Ibu Menarik Kembali ke Arah Qiblat

Di tengah dunia yang penuh ambisi, ingatan pada ibu adalah kompas yang paling jujur. Ia membuat manusia sadar bahwa keberhasilan bukan segalanya jika tak ada restu yang menyertainya. Berapa banyak orang besar yang jatuh karena durhaka pada ibunya, dan berapa banyak orang sederhana yang diangkat derajatnya karena restu ibu yang lembut namun tajam menembus langit?

Baca Juga  10 Jemaah Haji Khusus PT Sriwijaya Mega Wisata Berangkat Ke Tanah Suci

Diriwayatkan, seorang lelaki datang mengadu kepada Rasulullah ﷺ tentang dosanya yang besar. Rasul bertanya: “Apakah ibumu masih hidup?” Lelaki itu berkata, “Tidak.” Rasul lalu bertanya, “Apakah engkau punya bibi dari pihak ibu?” Ia menjawab, “Ya.” Maka Rasul berkata, “Perlakukan dia dengan baik, karena bibi adalah seperti ibu.”

Betapa Islam menempatkan perempuan tua dalam rumah itu sebagai gerbang taubat, bahkan sebagai pengganti surga itu sendiri.

Jika Ingin Menyentuh Surga, Tunduklah pada Telapak Itu

Ketika kaki ibu sudah mulai bergetar, dan langkahnya menjadi pendek, di situlah tanda bahwa waktu kita semakin sempit. Sebelum waktu mencuri kesempatan itu, peluklah ibumu. Minta maaf padanya. Cium tangannya yang pernah gemetar karena lelah menjaga tidurmu. Dan bisikkan padanya: “Doakan aku, Bu… agar aku sampai ke surga bersamamu.”

Karena barangkali, Sayang… takdirmu bukan ditulis di langit, tetapi di sepasang telapak kaki yang mulai keriput namun harum oleh cinta dan doa yang tak putus.

Penulis: Bangun Lubis

 

.

📍 Daftar sekarang untuk keberangkatan Juni dan Juli 2025
📞 Info dan Pendaftaran: 0812-9159-2888
🌐 Website: www.mymegawisata.com

Facebook: Mega Wisata Tour & Travel

📺 YouTube: Mega Wisata Official

🎵 TikTok: @megawisata_travel

📸 Instagram: @mega.wisata.travel

📍 Kantor Pusat: Jl Jend. Sudirman No 75 Palembang, Sumatera Selatan

“Kami siap menjadi teman dalam perjalanan Anda…
Dalam sujud yang tak bersuara,
Dalam tangis haru di Multazam,
Dalam cinta yang tumbuh dalam setiap langkah menuju keharibaan Allah.”

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button