Umroh Mabrur, Meraih Nikmat yang Tiada Tara
Umroh inilah yang ingin kita raih, menghapus dosa dan mengikis kemiskinan

MyMegawisata.com – Umroh, selalu dikatakan orang sebagai sumber kenikmatan. Rasulullah Shiolllollohu’alai Wassallam saja mengakui itu. Rasulullah bersabda, “umroh akan menghapus kefakiran (kemiskinan) dan dosa-dosa yang lalu.’
Bukankah itu sebuah nikmat yang tiada tara. Kemudian, nikmat lainnya, memperoleh 100.00 kali lipat pahala salat di Masjidil Haram, dan 1.000 kali lipat di Masjid Nabawai. Begitupun kemakluman kita akan situasi diri yang makin menyederhanakan kehidupan. Ini jauh lebih nikmat lagi.
Kita mengerti arti selembar ihrom, sebagai lambang kesederhanaan. Meninggalkan rumah, kemudian meninggalkan keluarga, namun ada rasa rindu dan kumpul dengan keluarga, tetapi ada magnet yang lebih kuat lagi dari semua itu, adalah ingin terus menerus berada di tanah suci. Ini barangkali nikmat jiwa yang haus ibadah.
Dan memang kehausan akan keinginan untuk beribadah itu muncul begitu dahsyat dari jiwa yang paling dalam. Dan merasa ingin selalu berada dalam amal ibadah dan mendekatkan diri dengan Allah, menyertai sahabat dan jika ada keluarga untuk terus menrus menjalankan ibadan dan amal-amalan yang terus menerus.
Semua manusuk pada hati dan jiwa. Menjadi rasa nikmat yang tiada tara menyelimuti jiwa dan fisik. Pastinya, ada rasa yang berbeda ketika umroh dan setelahnya. Kepercayaan diri juga makin meningkat, tetapi rasa tunduk dan luruh pada jiwa juga makin terasa. Seluruhnya untuk Allah.
Mereka yang menikmati Umroh sebagai penghapus dosa dan pengikis kemiskinan, maka akan mersakan betapa iman harus makin kuat digenggam. Karena pada hakekatnya kemiskinan (kefakiran) yang dimaksud bukanlah hanya sekadar materi saja, namun bagaimana kemiskinan hati dan jiwa haruslah diisi dengan amal ibadah yang terus menerus tanpa terputus.
Rasulullah bersabda;” Lakukanlah amal dan ibadah yang terus menrus, dengan rutin, walau sedikit.’ “Amal (ibadah) yang paling dicintai Allah Subhaanahu Wa ta’ala adalah amal yang dikerjakan (paling) terus-menerus dikerjakan, meskipun sedikit.” (HR Bukhari dan Muslim)
Nikmat akan keinginan untuk beramal – beribadah, tentu muncul dan menyeruak keseluruh penjuru urat syaraf dan nadi kita. Ia bangkitkan tubuh ini dengan semangat untuk melakukan amal ibadah apa saja setiap waktu. Fiman Allah :’Nikmat Allah mana lagi yang kalian dustakan.”” Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?,” (QS. Ar Rahman (55) : 13 )
Memang benar, betapa umroh menancapkan nikmat dalam hati dan jiwa kita, tentu yang berasal dari Allah. Sama dengan ungkapan orang-orang film, Ketika memerankan seseorang yang Alim, lalu kemudian dalam cerita, Sahabat Alim ini, diminta terus mengucapkan Salawat kepada Rasulullah.
Sebuah keajaiban muncul, karena sahabat Alim itu merasakan seluruh nadinya demikian tenang dan merasa semua jalan yang dialui terasa lancar dan mudah. Bahkan, pada masalah yang menerpakanya selama ini, bagaiman hilang diterpa angin kencang. Nuikmat, hati dan jiwa demikian merasuk pada seluruh saluran darah dan nafasnya.
Nikmat Allah Terus Bersemayam
Begitulah Allah bila pada waktunya, akan menurunkan nikmat itu kepada HambaNya, maka keajaiban terasa menusuk pada hati dan jiwa kita, dengan perasaan yang tiada tara bahagianya. Tentu, menghilangkan kecemasan dan kegalauan adalah jawaban bahwa semua soal akan dihapuskan Allah, Ketika Nikmat diberikanNya kepada HambaNya.
Umroh, tentu adalah meliputi kegiatan fisik dan jiwa. Ketika syarat dan rukun serta pelaksanaan dikerjakan dengan menyerahkan imbalan dan keseluruan jiwa kepada Allah, maka Allah balas Nikmat itu kepada seseorang yang khusu’ dan tekun dalam menjalankan Umroh ini. Tentu itulah umroh yang mabrur.
Umroh yang mabrur, dengan mengerjakannya sesuai dengan syaat serta rukun maupun pelaksanaan yang sesuai dengan perintah Allah dan Sunnah Rasulullah.
Artinya: Dari Abu Hurairah RA pula, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Umrah ke umrah yang berikutnya adalah menjadi penutup dosa dalam waktu antara dua kali umrahan itu, sedang haji mabrur, maka tidak ada balasan bagi yang melakukannya itu melainkan surga.” (Muttafaq ‘alaih). Itulah kemamburan yang akan diraih dati pelaksaaan umroh yang sesuai dengan syariat Islam.
Nikmat Umroh telah menancap pada jiwa, karena dilakukan sesuai syariat Islam dan mengambil ikhtibar dari setiap persoalan yang ditemui. Karena umroh pada haketanya termasuk juga menjangkaunya dengan bersafar, maka bersafar akan menemui kerikil-kerikil tajam yang melaluinya. Hanya dengan kesabaranlah semua itu terlalui, Ketika lepas dari segala hambatan maka nikmat pada jiwa akan lahir dan terus bersemayam.
Umroh juga telah mengajari kita untuk memiliki kepedulian yang kuat kepada keluarga dan orangtua, serta kepada manusia yang lainnya, sehingga kita bener-benar bisa memiliki kemanfaatan bagi orang lain.
QS. Al-Isra (17): 7 menyuruh kita berbuat baik.”, Anjuran Berbuat Baik Kepada Sesama. Berbuat baik pada orang lain ternyata sama saja dengan berbuat baik pada diri sendiri. Hal ini menjadi dasar bagi umat muslim untuk senantiasa memelihara kebaikan dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.”
Inilah yang dimaksud oleh Allah sebagai orang yang bermanfaat bagi orang lain, gemar berbuat baik atau bermanafaat bagi orang lain, maka hatipun menjadi tenang.(*)
Penulis: RM Henri Rivai & Bangun Lubis