.

Pempek Putri dalam Kaca: Khas Palembang dengan Makna yang Mendalam

Pempek Palembang: Khas Daerah yang Populer Se-Nusantara

DI antara beragam kuliner Palembang yang tersohor, Pempek Putri dalam Kaca hadir tidak sekadar sebagai santapan, tapi juga sebagai simbol budaya yang mengandung filosofi dan nilai-nilai luhur.

Makanan ini bukan hanya lezat disantap, tetapi juga menyimpan kisah panjang dari dapur-dapur tradisional masyarakat Palembang.

 Filosofi di Balik Nama

Secara harfiah, “Putri dalam Kaca” menggambarkan sesuatu yang cantik, terbungkus rapi dan tampak dari luar — sebuah metafora yang menyentuh hati. Dalam tradisi lisan Palembang, “putri” merujuk pada sosok perempuan yang anggun dan berharga, sedangkan “dalam kaca” melambangkan kemurnian dan keterjagaan.

Pempek Putri Dalam Kaco: Kuliner Khas Palembang yang Terlupakan

Pempek Putri Dalam Kaco adalah salah satu kuliner khas Palembang yang sudah jarang dihidangkan dan bahkan banyak yang tidak tahu tentang keberadaannya. Namun, kuliner ini memiliki cerita dan makna yang mendalam tentang kreativitas dan kebijaksanaan orang-orang Palembang dalam memanfaatkan bahan-bahan yang ada.

Asal Usul Nama Pempek Putri Dalam Kaco

Menurut cerita dari nyai atau nenek kita dulu  nama Pempek Putri Dalam Kaco berasal dari kiasan bahan-bahan yang digunakan untuk membuat pempek tersebut.

Nasi, yang merupakan makanan pokok, diumpamakan sebagai putri, sedangkan sagu diumpamakan sebagai selimut dan daun suun sebagai selendang putri. Nama ini menunjukkan betapa kreatif dan bijaknya orang-orang Palembang dalam menamakan kuliner mereka.

Makna di Balik Pempek Putri Dalam Kaco

Pempek Putri Dalam Kaco juga memiliki makna yang mendalam tentang bagaimana orang-orang Palembang memanfaatkan bahan-bahan yang ada untuk menciptakan sesuatu yang baru dan bernilai. Pempek ini dibuat dari sisa nasi yang kemudian diolah menjadi sesuatu yang lezat dan bernilai. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya kreativitas dan inovasi dalam memanfaatkan sumber daya yg ada

Upaya Melestarikan Kuliner Khas Palembang

Dengan mengangkat cerita tentang Pempek Putri Dalam Kaco, kita dapat melestarikan kuliner khas Palembang yang sudah terlupakan. Kuliner ini dapat menjadi bagian dari daftar menu tradisional makanan khas Palembang dan dapat dinikmati oleh generasi-generasi mendatang. Oleh karena itu, penting untuk terus melestarikan dan mempromosikan kuliner khas Palembang agar tidak terlupakan.

Baca Juga  Berakidah dengan Penuh Keyakinan yang Tertancap Dalam Jiwa

Mengenal Lebih Dekat 

Pempek Putri Dalam Kaco memiliki rasa yang unik dan tekstur yang lembut. Pempek ini dapat disajikan dengan berbagai cara, seperti digoreng atau direbus. Pempek Putri Dalam Kaco juga dapat dinikmati dengan berbagai saus, seperti saus kacang atau saus cabe.

Pentingnya Melestarikan Warisan Kuliner

Melestarikan warisan kuliner seperti Pempek Putri Dalam Kaco sangat penting untuk menjaga identitas dan kebudayaan Palembang. Dengan melestarikan kuliner khas Palembang, kita dapat memperkenalkan kekayaan budaya Palembang kepada generasi-generasi mendatang dan melestarikan tradisi kuliner yang unik dan bernilai.

  Nama Putri dalam Kaca itu Nyata

Buya RM Henri Rivai, Pemerhati Makanan khas Palembang, pernah berkata dalam salah satu bincang kulinernya:

“Nama Putri dalam Kaca itu bukan sembarang sebutan. Ia adalah perwujudan dari bagaimana orang Palembang menghargai sesuatu yang indah, murni, dan penuh kelembutan—seperti halnya seorang putri yang dijaga dalam istana kaca.”

Nama itu juga mencerminkan bentuk penyajiannya: pempek dibungkus transparan dengan plastik bening atau dibalut daun pisang yang halus, lalu disajikan rapi dalam wadah seperti tampak di dalam kaca — menghadirkan estetika visual yang menggoda selera.

Resep Asli dari Palembang

Pempek Putri dalam Kaca adalah salah satu jenis pempek yang berasal dari Palembang. Berbeda dengan pempek lainnya, Pempek Putri dalam Kaca dibuat dari adonan sagu yang dibentuk dan dibungkus dengan daun yang dipotong halus. Berikut adalah cara pembuatan Pempek Putri dalam Kaca:

Bahan-bahan:

– Sagu
– Air
– Daun yang dipotong halus
– Sisa nasi (opsional)

Cara Pembuatan:

1. *Membuat Adonan*: Sagu dicampur dengan air dan sisa nasi (jika menggunakan) hingga membentuk adonan yang elastis.
2. *Membentuk Pempek*: Adonan dibentuk menjadi bentuk yang diinginkan dan dibungkus dengan daun  yang dipotong halus.
3. *Menggoreng Pempek*: Pempek yang telah dibungkus kemudian digoreng hingga matang.
4. *Sajikan*: Pempek Putri dalam Kaca siap disajikan.

Baca Juga  Mengenal Hijr Ismail, Tempat Mustajab Salat dan Berdoa

Pempek Putri dalam Kaca memiliki rasa yang unik dan tekstur yang kenyal. Makanan ini merupakan salah satu kekayaan kuliner Palembang yang patut dilestarikan dan dinikmati.

Buya RM Henri Rivai menambahkan: “Cita rasa yang halus dan presentasi yang anggun membuat Pempek Putri dalam Kaca ini seperti ‘puisi yang bisa dimakan’.”

 Dalam Buku Tradisi Palembang dan Makanan Khas (1997) mengetengahkan tulisan bahwa membuat Pempek Putri dalam Kaca memerlukan ketelatenan dan cinta terhadap tradisi. .

Makna dalam Setiap Sajian

Sebagaimana yang dikemukakan, Buya RM Henri Rivai, masyarakat Palembang kerap menyajikan Pempek Putri dalam Kaca dalam acara adat seperti lamaran, khitanan, hingga syukuran keluarga. Makanan ini melambangkan kesucian niat, keanggunan hati, dan kehangatan dalam menyambut tamu.

“Ini bukan hanya soal makan, tapi tentang bagaimana kita menghormati tamu dan menunjukkan cinta pada leluhur,” ujar Buya Henri Rivai dalam sebuah diskusi budaya di Balai Adat Palembang.

Dengan bentuknya yang sederhana tapi elegan, Pempek Putri dalam Kaca mengajarkan kita tentang estetika kuliner Melayu: tidak harus mewah untuk menjadi berharga.

 Warisan Rasa dan Budaya Palembang

Pempek Putri dalam Kaca bukan sekadar kudapan, tapi narasi hidup orang Palembang. Ia menjadi warisan rasa yang menyentuh hati, mempererat silaturahmi, dan menjadi cermin betapa makanan bisa menjembatani nilai dan cinta pada tradisi.

Di balik setiap bungkusan yang bening itu, tersembunyi rasa, makna, dan jejak tangan-tangan ibu yang sabar — dan dari situlah, makanan ini layak terus dihidupkan, dikenang, dan dilestarikan.

Gesah Mang Cek Raden

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button