MOZAIK ISLAMNEWS

Bila Bersafar, Jagalah Kesabaran yang Tinggi

Tidak hanya diwajibkan kepada seorang, tetapi sekumpulan orang harus bersabar dalam Bersafar

MyMegawisata.com – Bersafar, hampir sama artinya dengan berjalan-jalan dari satu tempat tinggal ke tempat lain. Biasanya jalan yang ditempuh agak panjang dan lama, malah bisa jadi bermalam.

Lebih jauh lagi, Safar jika diartikan ke Bahasa Indonesia berarti perjalanan. Sebuah perjalanan yang ditempuh oleh seseorang memang melatih dan menguji kesabarannya.

Hal ini sesuai dengan Sabda Nabi Muhammad SAW:  Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: “Berpergian itu sepotong -yakni sebagian- dari siksaan. Seseorang akan terhalang untuk makannya, minumnya serta tidurnya -sebab tidak dapat tertib dan mudah seperti di rumah-. Maka dari itu, apabila seseorang diantara engkau semua telah menyelesaikan maksud tujuannya, hendaklah segera kembali ke tempat keluarganya.” (Muttafaq ‘alaih)

Perjalanan dikatakan sebagai latihan bersabar karena dalam perjalanan itu seseorang berada di dalam kondisi yang tidak sewajarnya, semua aktifitas harian dikerjakan secara terbatas.

 Oleh karenya, Nabi Muhammad SAW menyebut perjalanan itu bagian kecil dari siksa. Sebaliknya, ketika seseorang tidak dalam perjalanan tentu merasa nyaman dan enjoy beraktifitas, makan, minum, bekerja, beribadah dan sebagainya.

Itulah sebabnya, saat seseorang sedang dalam perjalanan sesungguhnya tengah melatih kesabarannya, tengah melatih bertahan dalam zona tidak nyaman. Sedekat atau sejauh apapun perjalanan tetap memberikan dampak ketidaknyamanan seseorang, dari ketidaknyamanan ini melatih dan menguji kesabaran.

Jika safar dapat melatih sabar, maka ketika seseorang ingin mengetahui karakter dan akhlak teman atau saudaranya dapat diteliti saat melakukan perjalanan bersamanya. Safar melatih seseorang sabar dalam zona ketidaknyamanan, maka ketika teman atau saudara diajak dalam sebuah perjalanan pasti akan nampak karakter (watak) ‘original’ dari seseorang itu.

Dari sebuah kitab Aadaab Islaamiyyah, Penulis ‘Abdul Hamid bin ‘Abdirrahman as-Suhaibani, Judul dalam Bahasa Indonesia Adab Harian Muslim Teladan, Penerjemah Zaki Rahmawan, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir Bogor, Cetakan Kedua Shafar 1427H – Maret 2006M] menuliskan antara lain;

Adab-Adab Sebelum Safar

  1. Hedaklah kita melakukan shalat Istikharah sebelum bepergian, yaitu shalat sunnah dua raka’at kemudian berdo’a dengan do’a Istikharah.

Dari Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada kami shalat Istikharah untuk memutuskan segala sesuatu, sebagaimana beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan al-Qur-an. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Apabila seseorang di antara kalian mempunyai rencana untuk mengerjakan sesuatu, hendaklah melakukan shalat sunnat (Istikharah) dua raka’at kemudian membaca do’a:

“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta pilihan yang tepat kepada-Mu dengan ilmu-Mu dan aku memohon kekuatan kepada-Mu (untuk mengatasi persoalanku) dengan ke-Mahakuasaan-Mu. Aku memohon kepada-Mu sesuatu dari anugerah-Mu Yang Mahaagung, sesungguhnya Engkau Mahakuasa sedang aku tidak kuasa, Engkau mengetahui, sedang aku tidak mengetahui dan Engkau-lah Yang Mahamengetahui hal yang ghaib. Ya Allah, apabila Engkau mengetahui bahwa urusan ini (orang yang mempunyai hajat hendak-nya menyebutkan persoalannya) lebih baik dalam agamaku, penghidupanku, dan akibatnya ter-hadap diriku -atau Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘…Di dunia atau Akhirat’- sukseskanlah untukku, mudahkanlah jalannya, kemudian berilah berkah. Akan tetapi apabila Engkau mengetahui bahwa persoalan ini lebih berbahaya bagiku dalam agamaku, penghidupanku, dan akibatnya terhadap diriku, atau -Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘…Di dunia atau akhirat,’- maka singkirkanlah persoalan tersebut, dan jauhkanlah aku dari padanya, takdirkan kebaikan untukku dimana saja kebaikan itu berada, kemudian berikanlah keridhaan-Mu kepadaku.” [HR. Al-Bukhari no. 1162, 6382 dan 7390]

Baca Juga  Hati Begitu Tenang Usai Melaksanakan Tawaf, Sa'i dan Tahallul

  1. Hendaknya bertaubat kepada Allah dari segala macam kemaksiatan yang telah diperbuatnya dan beristighfar dari setiap dosa yang dilakukannya, karena dia tidak mengetahui apa yang akan terjadi setelah ia melakukan safar dan tidak mengetahui pula takdir yang menimpanya.

Bagi seorang yang hendak safar hendaknya mengembalikan barang-barang yang pernah dirampasnya kepada pemiliknya (jika pernah melakukannya), membayar hutang-hutang, menyiapkan nafkah (uang belanja) kepada yang wajib diberikan nafkah, segera menyelesaikan perjanjian-perjanjian yang diulur-ulur dan menulis wasiat kepada ahli warisnya dengan dihadiri para saksi, dan meninggalkan uang belanja kepada keluarganya (isteri, anak dan orang tua) dan meninggalkan kebutuhan pokok yang dapat mencukupinya.

Hendaknya seorang yang hendak safar tidak membawa perbekalan kecuali dari sumber yang halal lagi baik.

  1. Hendaknya melakukan safar (perjalanan) bersama dengan dua orang atau lebih.
  2. Seorang musafir hendaknya memilih teman perjalanan yang shalih, yaitu orang yang dapat membantu menjaga agamanya, menegurnya apabila lupa, membantunya jika dibutuhkan dan mengajarinya apabila ia tidak tahu.
  3. Mengangkat pemimpin, yaitu hendaknya menunjuk seorang ketua rombongan dalam safar, sebagaimana hadits: “Jika tiga orang (keluar) untuk bepergian, maka hendaklah mereka mengangkat salah seorang dari mereka sebagai ketua rombongan.”

Dan yang dipilih sebagai ketua rombongan adalah orang yang mempunyai akhlak yang paling baik, paling dekat dengan teman-temannya, paling dapat mengutamakan kepentingan orang lain (tidak egois) dan senantiasa mencari kesepakatan rombongan (ketika ada perbedaan pendapat)

  1. Disunnahkan untuk melakukan safar (perjalanan) pada hari Kamis dan berangkat pagi-pagi ketika akan melakukan perjalanan. Hal ini berdasarkan hadits shahih dari Ka’ab bin Malik Radhiyallahu anhu : “Bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar menuju perang Tabuk pada hari Kamis dan telah menjadi kebiasaan beliau untuk keluar (bepergian) pada hari Kamis.”
Baca Juga   Bentengi Diri dari Dunia yang Melenakan

Di dalam riwayat yang lain, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila bepergian senantiasa melakukannya pada hari Kamis.” [HR. Al-Bukhari no. 2949][5]

Sedangkan dalil tentang disunnahkannya untuk berangkat pagi-pagi ketika hendak melakukan perjalanan adalah: “Ya Allah, berkahilah ummatku pada pagi harinya.” [HR. Abu Dawud no. 2606, at-Tirmidzi no. 1212, ia berkata: “Hadits ini hasan.”

Dan sangat disukai untuk memulai bepergian pada waktu ad-Dulajah, yaitu awal malam atau sepanjang malam, sebagaimana hadits dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Hendaklah kalian bepergian pada waktu malam, karena seolah-olah bumi itu terlipat pada waktu malam.” [HR. Abu Dawud no. 2571, al-Hakim II/114, I/445, hasan]

  1. Berpamitan kepada keluarga dan teman-teman yang ditinggalkan.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa berpamitan kepada para Sahabatnya ketika akan safar (bepergian), beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan do’a kepada salah seorang di antara mereka, dengan do’a: “Aku menitipkan agamamu, amanahmu dan perbuatanmu yang terakhir kepada Allah.” [HR. Ahmad II/7, 25, 38, at-Tirmidzi no. 3443, Ibnu Hibban no. 2376, al-Hakim II/97, dishahihkan dan disepakati oleh Imam adz-Dzahabi. Lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah no. 14]

Makna أَسْتَوْدِعُ اللهَ دِيْنَكَ (aku titipkan agamamu), yaitu aku memohon kepada Allah agar berkenan menjaga agamamu (agar istiqamah dalam ketaatan kepada Allah). Sedangkan yang dimaksud dengan amanah adalah keluarga dan orang-orang yang selainnya serta harta yang dititipkan, dijaga dan dikuasakan kepada orang kepercayaan atau wakilnya atau yang semakna dengan itu.

Makna خَوَاتِيْمَ عَمَلِكَ (perbuatanmu yang terakhir), yaitu do’a untuknya agar akhir perbuatannya baik (husnul khatimah). Hal ini karena, amalan terakhir merupakan amalan yang paling menentukan baginya di Akhirat kelak dan sebagai penghapus perbuatan-perbuatan buruk yang dilakukan.

Editor: Bangun Lubis
Anda Ingin Umrah?
Silahkan hubungi admin anda di Kantor Pusat Mega Wisata, Jl. Jende. Sudirman No.75 Palembang.  Raihlah cashback Anda sekarang, klik Mymegawisata.comdan lihat juga Media Sosial resmi kami, IG megawisataofficial, Fb Megawisata Umroh Haji, Ytube Mega Wisata TV Channel dan Tiktok Sriwijayamegawisata
Dan hubungin Admin anda di nomor telepon 0711-317000/322000 dan Telp (WA) 0821 7976 9279/ 08217574 2888, 0821  dan kami juga bisa dihubungi melalui Telp/WA 0822 7967 4580 (ikhan ) dan 0813 7322 6390 (Akhwat).
Percayakan perjalanan umrah anda kepada kami, tentunya kami siap membantu anda dalam segala hal selama perjalanan umroh yang sangat sarat dengan imbalan pahala ini.(*)

 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button