“Budaya Palembang: Antara Empek-Empek, Nada Tinggi, dan Hati yang Lembut”

Orang Palembang itu unik. Kalau bicara, nadanya bisa bikin orang luar negeri berpikir mereka sedang debat kusir — padahal itu baru ngobrol soal harga sayur di pasar. Jangan salah sangka, suara yang naik bukan karena marah, tapi… ya memang begitu nada cinta ala Wong Kito. Semangat hidup tinggi, katanya.
Kalau soal makanan, jangan coba-coba ngeledek empek-empek di depan orang Palembang. Di sini, empek-empek bukan sekadar makanan, tapi sudah jadi identitas. Dari kapal selam sampai lenjer kecil, semuanya punya tempat istimewa di hati — dan di piring tentunya.
Orang Palembang juga sangat menghargai adat dan keturunan. Coba lihat saat acara nikahan. Pakaiannya? Wah, serasa sedang syuting film kerajaan Sriwijaya! Yang laki-laki pakai tanjak, yang perempuan pakai sunting besar kayak menara sinyal HP. Cantik dan megah, tapi jangan tanya beratnya… katanya sih bisa bikin leher nyeri seminggu!
Tapi di balik suara yang menggelegar dan sunting yang menjulang, orang Palembang itu hatinya lembut. Suka menolong, suka menyambut tamu, dan kalau sudah akrab… ya dianggap keluarga sendiri. Tapi tetap, jangan pernah bilang “cuko empek-empek itu terlalu pedas.” Itu sama saja ngajak ribut secara budaya. 😄