Kita Pastinya Rindu Ke Kota Jeddah, Dengan Laut Merah
Ini adalah kota bersejarah yang menjadi Pintu Gerbang Kota Makkah
MyMegawisata.com – Elok rasanya kita cerita sedikit tetang Kota Jeddah di Arab Saudi, yang menjadi pusat perdagangan dan pintu gerbang dunia menuju Tanah Suci. Mereka yang hendak ke Makkah atau Madinah, bisanya juga lewat dulu kota Jeddah, walau ada yang langsung ke Madinah.
Jeddah, yang juga dikenal sebagai Jiddah adalah kota terbesar di Provinsi Makkah dan salah satu kota terpenting di Kerajaan Arab Saudi. Kota ini terletak di pantai Laut Merah dan memiliki sejarah panjang sebagai pusat perdagangan, pelayaran, dan kebudayaan di wilayah tersebut.
Salah satu ciri khas Jeddah adalah campuran unik antara warisan sejarah yang kaya dan kemajuan modern. Pada ulasan ini, terdapat lima fakta menarik tentang kota Jeddah yang juga menjadi gerbang utama menuju kota suci Makkah.
Kota Pelabuhan di Arab Saudi
Jeddah adalah kota pelabuhan utama di Arab Saudi baik pelabuhan laut maupun pelabuhan udara. Terletak di tepi Laut Merah dan sebagaimana kota-kota lainnya di Arab Saudi, Jeddah memiliki iklim gurun.
Jeddah sebelumnya hanyalah sebagai desa nelayan pada 2500 tahun yang lalu Didirikan pada tahun 647 M oleh Khalifah Utsman bin Affan yang akhirnya digunakan sebagai pelabuhan untuk kepentingan jamaah haji terutama pada masa-masa perjalanan jamaah haji dilakukan melaui laut, bukan melalui udara seperti sekarang ini.
Sebagai kota dagang, Jeddah memiliki fasilitas kota yang cukup memadai. Pelabuhan lautnya merupakan pelabuhan utama yang merupakan sentral perdagangan menuju berbagai negara khususnya negara-negara di pesisir timur Afrika, serta Yaman. Pelabuhannya merupakan pelabuhan bebas.
Di Jeddah terdapat Bandar udara yang cukup terkenal yakni Bandar Udara Internasional Raja Abdul Aziz yang memiliki tingkat kesibukan tinggi terutama pada musim haji. Selain digunakan untuk melayani penerbangan haji, bandara Jeddah digunakan untuk kepentingan komersial biasa selain Dammam dan Riyadh.
Belum jelas asal usul Jeddah, tetapi dari sumber sumber yang umumnya dibawa oleh jamaah haji, kata Jeddah berasal dari kata dalam bahasa Arab Jaddah yang berarti “nenek”, sebab disana ada makam yang diyakini sebagai makam Hawa istri Nabi Adam yang merupakan nenek moyang manusia.
Sumber Wikipedia, menuliskan bahwa Jeddah berasal dari kata Jiddah dalam bahasa Arab yang berarti lepas pantai.
Jeddah menjadi titik awal yang sangat penting bagi para peziarah menuju Makkah, pusat keagamaan utama dalam Islam. Dengan letaknya hanya 65 kilometer di sebelah timur Makkah, kota ini menjadi gerbang utama bagi mereka yang ingin memulai perjalanan suci mereka. Jeddah juga merupakan kota terbesar di Provinsi Makkah, kedua terbesar di Arab Saudi, dan menempati posisi kesepuluh terbesar di dunia Arab.
Jeddah, juga dikenal sebagai Jiddah adalah kota terbesar di Provinsi Makkah dan salah satu kota terpenting di Kerajaan Arab Saudi. Kota ini terletak di pantai Laut Merah dan memiliki sejarah panjang sebagai pusat perdagangan, pelayaran, dan kebudayaan di wilayah tersebut.
Salah satu ciri khas Jeddah adalah campuran unik antara warisan sejarah yang kaya dan kemajuan modern. Pada ulasan ini, terdapat lima fakta menarik tentang kota Jeddah yang juga menjadi gerbang utama menuju kota suci Makkah.
Melansir IDMTime yang mengutip araburbanism, ditulisa bahwa pada era 1950-an, ziarah ke Makkah menjadi sumber pendapatan penting bagi penduduk Jeddah dan negara Saudi yang semakin menegaskan peran penting kota ini sebagai gerbang bagi para peziarah.
Hingga kini, Jeddah tetap menjadi gerbang utama bagi para peziarah Muslim yang memberikan layanan logistik, akomodasi, dan fasilitas penting bagi jutaan jemaah yang mengunjungi Makkah setiap tahun.
Jeddah adalah kota bersejarah yang erat kaitannya dengan perkembangan Islam. Terletak di wilayah Hijaz Tihamah, pantai Laut Merah, Jeddah kini merupakan kota terbesar kedua di Arab Saudi setelah ibu kota negara, Riyadh.
Berpenduduk sekitar 3,5 juta jiwa, kota ini merupakan salah satu pusat kegiatan ekonomi negeri ini. Posisinya yang berada di bibir Laut Merah juga membuatnya menjadi salah satu kota resor utama di Arab Saudi.
Secara etimologi, nama kota ini konon berasal dari bahasa Arab, yakni ”jaddah”, yang berarti nenek. Hal ini berkaitan dengan keyakinan bahwa nenek moyang umat manusia, yakni Hawa, dimakamkan di kota ini.
Memiliki area kurang lebih 2.400 km persegi dengan panjang garis pantai mencapai lebih dari 80 km, Jeddah dikenal dengan sebutan “The Bride of The Red Sea” (Pengantin Laut Merah). Julukan ini diberikan karena letak geografis Jeddah yang berada di pesisir Laut Merah.
Ada pula julukan lain, yakni “Al-Babul Haramaini” (Pintu Gerbang Dua Tanah Haram), karena Jeddah menjadi pintu masuk ke Tanah Suci Makkah dan Madinah. Sekitar pada tahun 647 Masehi Jeddah secara resmi berfungsi sebagai pintu masuk bagi jamaah haji. Sejak saat itu, Jeddah menjelma menjadi kota yang memiliki posisi penting bagi pelaksanaan ibadah haji.
Pada tahun itu pula, Khalifah Utsman bin Affan menetapkan Jeddah sebagai pelabuhan utama untuk mengakses Kota Makkah melalui jalur laut. Saat itu, Jeddah masih dikenal dengan sebutan Balad al-Qanasil.
Dalam buku catatan perjalanannya, Ibnu Battutah dan Ibnu Jubayr mengatakan, Jeddah merupakan kota yang indah. Banyak bangunan megah dan kebanyakan bergaya arsitektur Persia.
Sebelumnya, al-Maqdisi al-Bishari, penulis buku Ahsan al-Taqaseem fe Ma’rifat al-Aqaleem, juga mengulas tentang Jeddah dalam karya tulisnya itu. Menurut penulis yang wafat pada 900 M ini, Jeddah merupakan kota yang aman dan penuh dengan para pedagang serta orang kaya. Jeddah, menurutnya, juga merupakan ladang harta bagi Makkah dan tempat tinggal bagi orang Yaman dan Mesir.
“Ada masjid di sana. Namun, masyarakat sulit mendapatkan air meskipun kota ini memiliki banyak penampungan air. Masyarakat mendapatkan air dari tempat yang sangat jauh. Mayoritas penduduk Jeddah berasal dari kawasan Persia. Kota ini memiliki lorong-lorong lurus yang kondisinya terawat dengan baik. Sayangnya, kota ini sangat panas,” tulis al-Bishari dalam bukunya.
Dari sisi pemerintahan, Jeddah selama beberapa periode dipimpin oleh penguasa Muslim, mulai dari Dinasti Umayyah, Abbasiyah, Ayyubiyah, hingga Mamluk. Di antara beberapa dinasti tersebut Mamluk merupakan dinasti yang paling lama menguasai Jeddah.
Di bawah kekuasaan Dinasti Mamluk, posisi Jeddah kian mapan sebagai jalur perdagangan dan haji. Dinasti ini memiliki komitmen yang kuat untuk menjaga Tanah Suci dan dua masjid yang berada di dalamnya, yakni Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah
Editor: Bangun Lubis