NEWS

Tas Lidi Sawit dari Riau, Tembus Pasar Internasional

Oleh-Oleh yang wajib kamu bawa pulang buat keluarga

MyMegawisata.com – Ternyata tas satu ini sukses dijual di pasaran dalam dan luar negeri. Banyak dicari dan membawa berkah bagi warga setempat khususnya petani sawit.

Tas lidi sawit orang menyebutnya, oleh-oleh menarik yang wajib kamu beli dan bawa pulang setelah menghabiskan liburan di Riau.

Kamu bisa membeli aksesori tas ini di tempat produksi Rumah Tamadun, yang berlokasi di Jalan Merdeka, Bagan Siapi-api, Kabupaten Rokan Hilir, Riau.

Hendra Dermawan, pemilik karya seni bernilai jual tinggi ini mengaku, dirinya memilih barang antimainstream untuk dipasarkan kepada wisatawan.

Berdasarkan penuturannya, Hendra memilih lidi sawit untuk akhirnya dibuat kerajinan berupa tas, dan barang bernilai jual tinggi lainnya.

Rumah Tamadun telah memproduksi banyak produk yang telah dipasarkan hingga kancah internasional.

Mulai dari piring, kotak tisu, tepak sirih, dompet handphone dan beragam jenis tas. Semua dibuat dari bahan lidi sawit yang dulunya dianggap sampah.

Karya kerajinan lidi sawit produksi Rumah Tamadun telah menembus pasar mancanegara seperti Malaysia, Pakistan, Macau hingga Amerika Serikat.

Baru-baru ini, tepatnya Agustus 2024 lalu, Hendra menjadi satu-satunya UMKM Indonesia yang dibawa oleh Gabungan Perusahaan Perkebunan Indonesia (GPPI) untuk memamerkan produknya di Capitol Building, Washington DC, Amerika Serikat

“Ini adalah pengalaman yang luar biasa. Saya memamerkan tas lidi sawit di sana, dan ternyata banyak sekali yang tertarik. Ini bukan hanya tentang penjualan, tapi juga kampanye bahwa limbah sawit bisa diolah menjadi produk bernilai tinggi, sekaligus ramah lingkungan,” jelas Hendra dengan antusias.

Hendra memastikan untuk tas ransel lidi sawit yang dibuat oleh Rumah Tamadun adalah yang pertama dan satu-satunya di dunia.

Produk dari bahan lidi sawit di rumah kreatif Rumah Tamadun, di Jalan Merdeka, Bagan Siapi-api, Kabupaten Rokan Hilir, Riau, Kamis (14/11/2024) lalu. Rumah Tamadun memulai perjalanannya pada tahun 2017. Saat itu harga buah sawit tiba-tiba anjlok, hanya Rp 600 per kilogramnya.

Hingga menyebabkan keresahan di kalangan petani. Melihat kondisi ini, Hendra tidak tinggal diam. Ia merasa terpanggil untuk membantu para petani dengan cara yang kreatif dan inovatif.

Bersama para ibu-ibu di desanya, Hendra mulai mengumpulkan lidi sawit, membersihkannya, dan mengolahnya menjadi piring-piring unik yang sederhana namun memiliki daya tarik tersendiri.

Baca Juga  Inilah Tempat Wisata di Palembang yang Sangat Keren dan Indah

“Saya promosi kemana-mana, setiap ada undangan pameran UMKM saya ikut, saat itu saya belum memikirkan omset, masih fokus ke promosi,” ujarnya.

Tak disangka, piring lidi sawit buatan Hendra mendapat sambutan luar biasa. Produk sederhana itu mulai menarik perhatian masyarakat.

 

Pada 2018, Rumah Tamadun yang didirikan Hendra meraih penghargaan sebagai UMKM terbaik kedua di Kabupaten Rokan Hilir.

Keberhasilan ini membuat Hendra semakin percaya diri untuk berinovasi. Pada 2019, Rumah Tamadun mulai melahirkan berbagai produk kreatif dari lidi sawit.

Bukan hanya piring. Namun Rumah Tamadun sudah bisa membuat beragam jenis produk dari lidi sawit.  Mulai dari kotak tisu, tepak sirih, dompet handphone dan beragam jenis tas.

Semua dibuat dari bahan lidi sawit yang dulunya dianggap sampah. Keberhasilan Rumah Tamadun tak hanya berhenti di tingkat lokal.

Produk-produknya kini telah dikenal di seluruh Indonesia, bahkan hingga ke mancanegara. Inovasinya yang unik membuat Hendra sering diundang sebagai pembicara di berbagai wilayah, mulai dari Sumatra hingga Papua.

Namun, pencapaian terbesarnya adalah ketika ia diundang untuk mengikuti pameran internasional. Ia beberapa kali mengikuti pameran di Malaysia. Pertama di tahun 2019, produk lidi sawit diikutkan dalam pemeran grand culture Malaka festival yang diikuti 57 negara, termasuk dari Indonesia.

“Semua produk lidi sawit kita bawa kesana, karena unik orang Malaysia suka, saya diundang lagi tahun 2020 untuk mengikuti bisnis matching. Ini awal mula produk kami di jual di Strand Mall Kuala lumpur. Disana ada outlet yang jual produk-produk nusantara, termasuk produk kita,” katanya.

 

Dari limbah yang tak bernilai, Hendra berhasil menciptakan sebuah peluang ekonomi baru. Ia tak hanya membawa perubahan besar bagi desanya, tetapi juga mengharumkan nama Indonesia di mata dunia.

“Dulu lidi sawit hanya dianggap sampah. Sekarang, limbah ini menjadi berkah, bukan hanya bagi saya, tetapi juga bagi banyak orang,” kata Hendra dengan senyuman penuh harapan.

Sampai saat ini Rumah Tamadun dan pengrajinnya sudah membuat sekitar 20 produk turunan dari lidi sawit. Ia menjelaskan bahwa keunikan produknya tidak hanya terletak pada desain dan kualitasnya yang terjaga, tetapi juga karena isu keberlanjutan sawit yang diangkat dalam setiap produknya.

Baca Juga  115 Jamaah Umroh Mega Wisata Manasik Di Hotel Beston

Melansir Travel.tribunnews.com, Hendra Dermawan memulai usahanya benar-benar dari nol. Awalnya, ia hanya menjadi reseller tanjak, memasarkan produk orang lain tanpa produksi sendiri.

Keuntungan dari penjualan tanjak itulah yang perlahan ia putar untuk membangun Rumah Tamadun, usaha kerajinan kreatif yang kini dikenal hingga mancanegara.

“Bisa dibilang modal awal saya itu nol. Saya hanya membantu menjual produk orang. Saya jual tanjak dari Siak. Dari situ lah saya belajar, memanfaatkan setiap peluang yang ada,” ujar Hendra.

Siapa sangka, dari langkah kecil itu, usaha berbasis lidi sawit yang ia rintis terus berkembang pesat. Meski perjalanan tak selalu mulus, dengan berbagai rintangan dan tantangan di tengah jalan, Hendra berhasil melewati semuanya. Kini, Rumah Tamadun mampu meraih omzet hingga Rp 30 juta per bulan.

Kesuksesan Hendra tidak hanya dirasakan dirinya, tetapi juga membawa dampak positif bagi masyarakat sekitar.Rumah Tamadun telah menciptakan lapangan pekerjaan bagi pengrajin di Desa Kubu, Rokan Hilir.

Para petani sawit yang biasanya membuang lidi kini memiliki tambahan penghasilan dengan menyuplai bahan baku kerajinan. “Dulu ada yang kesulitan membayar uang sekolah anaknya. Sekarang mereka bisa lebih lancar karena ada tambahan pendapatan dari sini.Kami juga mempekerjakan disabilitas dan memberikan pelatihan kepada penghuni lapas.

Produk yang mereka buat kemudian kami beli,” jelasnya. Sebagai pengusaha yang telah melalui berbagai tantangan, Hendra punya pesan penting bagi para pelaku usaha muda yang baru memulai.

Ia menekankan pentingnya kesabaran dalam menjalani proses. “Setahun pertama pasti penuh jatuh bangun. Biasanya, di tahun kedua mulai terasa hasilnya. Jangan mudah menyerah, karena setiap halangan pasti ada jalan keluarnya,” kata Hendra.

Ia juga menambahkan bahwa kunci utama dalam berbisnis adalah fokus dan totalitas. “Kalau kita menjalani usaha dengan setengah hati, hasilnya juga akan setengah-setengah. Jadi, fokuslah pada apa yang ingin dicapai, dan lakukan sepenuh hati,” katanya.

Editor: Bang Bangun Lubis

 

 

 

 

 

 

 

 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button